Jakarta, Gatra.com - Kecelakaan penerbangan tidak selalu mengkambinghitamkan mesin sebagai penyebabnya, justru disorientasi spasial menjadi momok bagi para pilot. Disorientasi spasial adalah gangguan atau rasa bingung pada pilot dalam menentukan arah dan ketinggian.
Selain menggunakan instrumen, pilot juga wajib bisa melakukan tugasnya bisamengatasi jika dalam keadaan darurat atau terjadi kerusakan pada instrumen pesawat. Pada dasarnya, manusia dirancang untuk hidup di darat, bisa dikatakan hanya mempunyai orientasi ruang sebanyak dua dimensi (maju-mundur-kiri-kanan), sedangkan penerbangan lebih dari dua dimensi.
Gangguan disorientasi bisa menyebabkan kecelakaan, oleh karena itu pilot harus tetap berlatih untuk mengatasi masalah orientasi arah dan ketinggian ini. Gatra berkesempatan untuk melihat dari dekat peralatan canggih yang dimiliki TNI-AU di Lakespra Saryanto, Jakarta Selatan.
Markas TNI-AU yang berada di Jalan MT Haryono ini di depannya terpampang monumen
pesawat Dakota. Sekilas tampak sepi tapi di dalamnya terdapat berbagai fasilitas canggih seperti HC (Human Centrifuge) untuk simulasi gaya G/G force, peralatan EST (Ejection Seat trainer) untuk melatih awak pesawat tempur dalam melakukan bailout saat pesawat mengalami kondisi darurat. Peralatan terbaru yang dimiliki TNI AU adalah Advance Orientation Trainer (AOT) untuk mengasah orientasi para pilot.
Peralatan AOT berada di ruang khusus Advance Orientation Trainer yang letaknya terpisah dengan bangunan utama. Ruangan utama latihan berukuran sekitar 30 meter x 25 meter, dengan ketinggian langit-langit sekitar 4-5 meter.
Di tengah ruangan terdapat tiang besi dan pada bagian atas terlihat seperti kotak besi, sekilas bentuk alat AOT ini mirip kendaraan tempur di padang pasir dalam film layar lebar Star Wars.
Para pengawas atau operator dengan layar monitor berada di belakang alat ini. Untuk masuk ke dalam AOT buatan Austria, para pilot harus menaiki tangga yang sesudah menjadi satu perangkat dengan alat tersebut.
Ruangan di dalamnya menyerupai ruang cockpit pesawat, dan terdapat instrumen terbang, berbagai tuas dengan layar lebar berada di depannya. Ketika pelatihan dimulai, pintu akan tertutup rapat dan kedap suara, para pilot berkomunikasi dengan operator melalui radio komunikasi.
Peralatan canggih seperti ini hanya dimiliki 4 negara ASEAN, yaitu Myanmar, Thailand, Singapura, dan Indonesia. “Pilot harus percaya instrumen tetapi kadang dia lebih mempercayai ilusinya sendiri,” kata Kepala Lakespra Saryanto Marsekal Pertama TNI dr. Krismono Irwanto, MH, Kamis (13/12).
Dalam keadaan darurat atau peralatan instrumen rusak, lanjutnya, pilot harus tetap bisa mengendalikan serta yakin dan tetap berlatih kemampuannya agar tidak disorientasi
Kes. Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Saryanto atau lebih dikenal dengan Lakespra telah melatih awak pesawat sejak 1967. Markas ini mempunyai berbagai fasilitas latihan untuk awak penerbangan sipil hingga khusus pilot tempur.
Melihat jam terbangnya, tak heran bila lembaga ini berada di depan dan perintis dalam uji kesehatan, pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan penerbangan.
Jongki Handianto
Baca Lagi kalo ga lengkap berita nya https://www.gatra.com/rubrik/nasional/372094-Mengasah-Pilot-Menghindari-Disorientasi-Dengan-Alat-Canggih-AOT
No comments:
Post a Comment