Liputan6.com, Jakarta Rendang dan gudeg menjadi dua kuliner Nusantara yang sukses menerapkan teknologi pengawetan canggih. Dua makanan lokal itu kini juga ada dalam kemasan kaleng yang bisa awet hingga berbulan-bulan.
"Yang sudah ready (tersedia) sekarang itu rendang dan gudeg kalengan. Kalau rendang di wilayah Sumatera Barat, sedangkan gudeg di Yogyakarta," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, ditulis Rabu (28/8/2019).
Pengawetan rendang dan gudeg yang dihasilkan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan teknologi sterilisasi komersial dengan alat bernama retort (pengalengan makanan). Alat tersebut memanaskan pangan agar bakteri yang ada hilang.
"Teknologi ini untuk memastikan kecukupan panas pada produk olahan pangan kaleng," lanjut Penny.
Teknologi Retort untuk Bunuh Bakteri
Penny menekankan penggunaan alat retort sebagai upaya sterilisasi pangan dari spora bakteri, khususnya Clostridium botulinum yang ada di pangan olahan.
Kuliner Nusantara olahan, rendang dan gudeg diawetkan dengan pemanasan tinggi dalam suhu 121,1 derajat Celsius selama 3 menit. Cara ini dapat meningkatkan kualitas produk kaleng pangan sehingga bertahan lebih lama.
"Agar (produk olahan pangan)bisa dikirim ke daerah-daerah lain bahkan diekspor ke luar negeri. Tahan lama juga kalau sudah dalam bentuk kaleng yang mengalami proses sterilisasi pemanasan," ujar Penny.
Jika panas yang dibutuhkan pada tahap sterilisasi tidak tercukupi, maka peluang spora bakteri Clostridium botulinum yang ada pada pangan bertahan hidup.
No comments:
Post a Comment