Kepala Seleksi Pendidikan dan Pengembangan Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra), Wardaya mengatakan bahwa untuk mengatasi disorientasi, pilot disarankan untuk berlatih dengan menggunakan simulasi alat Advance Orientation Training (AOT).
"Kalau advance ini mereka bisa merasakan sensasi saat naik turun itu dengan melihat runwayu," ujarnya saat ditemui di Lakespra, Rabu (12/12/2018).
"Bagi mereka, pilot rutin latihan bahwa memang (sadar) disorientasi itu terjadi walaupun berapa ribu jam terbangnya, disorientasi itu bisa terjadi," lanjut Wardaya.Dengan alat ini para pilot belajar mengatasi disorientasi spasial. Foto: Agung Pambudhy/detikcom |
Dengan simulasi ini, pilot akan terlatih untuk menggunakan instrumen yang sudah tersedia. Karena dengan menggunakan indera, pilot mudah sekali mengalami disorientasi.
Wardaya menambahkan, simulasi ini awalnya digunakan oleh pilot militer yang harus rutin melakukan simulasi minimal dua tahun sekali. Namun sekarang-sekarang ini, pilot sipil pun akan disarankan untuk rutin melakukan simulasi ini agar terhindar dari disorientasi.
"(Disorientasi terjadi) rata-rata di atas ketinggian 5.000 sih karena udah masuk ke awan. Kalau misal cuaca jelek, kurang dari 5.000 juga bisa terjadi," jelasnya.
Selain kehilangan arah, disorientasi juga bisa terjadi pada visual. Misal, menganggap runway yang terlihat kecil padahal besar, atau terlihat seperti jauh padahal sudah dekat.
Saat mengalami disorientasi, pilot akan mengandalkan instrumen. Foto: Agung Pambudhy/detikcom |
No comments:
Post a Comment