Menyusutnya populasi Elang Bondol di Kepulauan Seribu disebabkan salah satunya karena masih tingginya perburuan liar terhadap satwa yang dilindungi itu.
Hal ini diungkapkan Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Benvika di kantornya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (8/2/2019).
"Masih banyak prburuan. Setiap tahun kita dapat informasi ada elang kena tembak, ada yang ditangkap. Padahal, Elang Bondol sulit sekali berkembang biak," ujarnya.
Para pemburu elang, kata Benvika, ingin mendapatkan keuntungan dari penjualan satwa itu ke pasar gelap hewan yang dilindungi.
Berbagai cara pun dilakukan, termasuk memanfaatkan teknologi drone untuk mengintai sarang elang di atas pohon.
"Mereka gunakan drone untuk mengamati keberadaan elang di sarangnya. Kemudian, mereka menangkap atau menembaknya," ungkapnya.
Benvika tak tau pasti berapa jumlah Elang Bondol yang tersisa di Kepulauan Seribu.
Namun, dari amatannya pada 2012, ia menghitung, setidaknya ada 22 ekor Elang Bondol yang terpantau.
"Makanya sejak 2005 kami menginisiasi Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok, Kabupaten Kepulauan Seribu untuk melestarikan hewan yang jadi maskot DKI Jakarta ini," ujarnya.
Semenjak 2005, Pusat Konservasi Elang Bondol di Pulau Kotok menjadi harapan banyak pihak agar satwa ini terselamatkan.
Benvika menyebut, dari pertama kali konservasi dilakukan hingga saat ini, sebanyak 80 elang berbagai jenis telah dilepasliarkan, termasuk di antaranya Elang Bondol.
"Jumlah Elang Bondol yang dilepasliarkan sekitar 24. Sisanya elang jenis lain. Saat ini di pulau itu menyisakan 32 ekor elang," ungkapnya
Status Elang Bondol dilindungi oleh UU No5 Tahun 1990 dan terdaftar di PP No7 Tahun 1999 sebagai satwa liar yang dilindungi negara Internasional.
Baca Lagi kalo ga lengkap berita nya http://wartakota.tribunnews.com/2019/02/06/pemburu-elang-bondol-makin-tega-dan-canggih-gunakan-drone-untuk-mengintai-sarangnya
No comments:
Post a Comment