Aksi terorisme bukan hal asing lagi, terutama sejak tragedy World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada September 2011. Baru-baru ini kita juga dikejutkan oleh aksi teror di beberapa tempat ibadah di Jawa Timur, Surabaya.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah sejak bom Bali 1, hingga terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 2003, yang berbicara tentang pemberantasan tindakan terorisme di Indonesia. Kali ini pemerintah akan menyampaikan upaya mereka lebih konkrit ke depannya dalam mengatasi potensi ancaman terorisme di Indonesia.
Mau tahu lebih jelas bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus terorisme berdasakan pidato Drs. H. Herwan Chaidir' yang merupakan Direktur Departemen Perlindungan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme pada seminar Public Safety Indonesia di Assembly JCC, Jakarta? Berikut ulasan selengkapnya.
1. Kemanan instansi dalam pemerintahan yang menjadi tanggung jawab masing-masing juga perlu mendapat kontrol yang baik
Keamanan setiap instansi dibebankan kepada pihak internal masing-masing. Tetapi tetap menganut kepada arahan yang telah diberikan oleh Polri atau Mabes Polri.
2. Mempelajari berbagai modus aksi teror yang pernah dilakukan maupun yang memungkinkan untuk dilakukan
Seperti yang sering dilihat di berbagai media cetak maupun eletronik, bom bunuh dirilah yang paling mendominasi. Selanjutnya, diikuti dengan menggunakan transportasi seperti truck atau mobil.
Penggunaan racun kimia makanan juga pernah dilakukan, namun tidak terekspos di media. Selain itu, melempar bom molotov ke ruang publik juga pernah terjadi.
3. Berkonsentrasi pada hal-hal yang bisa mengancam objek vital
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editors’ picks
Terdapat dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, menggunakan peralatan yang sebelumnya sudah disiapkan oleh pelaku dan memastikan objek vital sudah siap dieksekusi. Sedangkan faktor internal berasal dari pemikiran radikal pelaku yang sudah mendapatkan pengaruh.
Baca Juga: Kerjasama dengan Jepang, Ini Kisah Terra Drone Indonesia Capai Mimpi
4. Bekerja sama dengan badan internasional adalah hal yang sangat penting
Paham-paham radikal yang masuk ke Indonesia seperti ISIS dan Al-Qaeda membuat banyak Rakyat Indonesia bertolak ke tempat-tempat yang mereka anggap tempat berjihad. Namun, ternyata sesampainya di tempat tujuan, mereka hanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Bekerja sama dengan badan internasional dapat membantu pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan warganya yang berada di luar negeri, untuk dapat kembali pulang ke tanah air.
5. Peran kesiapsiagaan nasional sudah mulai terbangun dengan baik
Kontra radikalisasi dan berbagai bentuk deradikalisasi sudah sepatutnya dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu, polri telah menyiapkan tools, software maupun sistem terbaiknya dalam menjamin terjaganya keamanan yang lebih baik lagi.
6. Mengetahui fakta bahwa ancaman transportasi darat ternyata lebih mencemaskan, dibandingkan transportasi udara
Ternyata pengguna transportasi kereta api lebih berbahaya ketimbang pesawat terbang. Pesawat terbang ancamannya hanya saat take off dan landing. Sedangkan pada kereta api, ancaman dimulai dari saat berangkat hingga sampai di tujuan. Kemungkinan ancamannya dapat berupa beberapa hal, seperti: aliran listrik diputus, rek kereta dilepas, baut dilonggarkan atau bisa juga sistem pengaturan rel dibelokkan.
Terorisme harus terus di upas tuntas hingga ke akarnya, sehingga dapat meminimalisir kejadian-kejadian mengkhawatirkan yang sudah pernah dialami di waktu sebelumnya. Terus semangat untuk BNPT Indonesia dalam menyelesaikan seluruh permasalahan terorisme yang ada.
Baca Juga: 7 Fakta Drone Indonesia yang Gak Kalah Canggih dengan Produk Luar
Baca Lagi kalo ga lengkap berita nya https://www.idntimes.com/tech/trend/nisa-widya-amanda/cara-pemerintah-di-bidang-teknologi-untuk-mengatasi-teror
No comments:
Post a Comment