TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengembangkan sistem pendeteksi tsunami yang lebih canggih buoy. Namanya, CBT atau cable based tsunamimeter. Perbedaannya, hanya pada proses sistem pengiriman data melalui sensor.
Baca juga: Proyek Pendeteksi Tsunami Mandek, Ini Kata BMKG
"Kalau buoy mengirim sensor melalui satelit sedangkan CBT menirimkan data sensor melalui kabel optik. Namun, data yang digunakan sebenarnya sama saja," ujar Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M. Ilyas, saat ditemui di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Oktober 2018.
Menurut Ilyas, CBT telah dikembangkan di beberapa negara seperti Kanada, Jepang, Oman, dan Amerika Serikat. Dalam forum komunikasi antar perekayasa CBT di seluruh dunia, disepakati CBT menjadi pilihan sebagai alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buoy, yakni vandalisme dan mahalnya buoy.
Baca juga: Indonesia Tak Punya Pendeteksi Tsunami Karena Proyek Mandek?
Ilyas mengklaim sistem yang dikembangkan BPPT sejak 2016 ini lebih cepat pengiriman dari pada sistem buoy. Ilyas berujar, untuk menerapkan sistem CBT, hal yang harus dilakukan adalah mengkaji pemasangan buoy dengan kabel.
"Kabel memang tidak akan bisa menjangkau seluruh Indonesia, karena palapa ring saja masih dilakukan terus pengembangannya. Jadi artinya paralel, antara bagaimana mamasang sensor itu di dalam kabel, baik kabel punya palapa ring atau telkom yang ada di dalam laut," lanjut Ilyas.
Perekayasa dari Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT Iyan Turyana membenarkan bahwa CBT dengan kabel optik, kemampuan respon informasi tsunami akan lebih cepat dibandingkan melalui satelit.
Baca juga: Beberapa Faktor Penyebab Tsunami Palu Makan Banyak Korban
"Dengan catatan di daratnya juga menggunakan kabel optik. Teknologi ini sudah digunakan Jepang. Mereka membangun kabel optik hanya untuk mendeteksi tsunamai makanya mahal. Tapi di Amerika menggabungkan antara kabel komunikasi data dan sensor untuk mendeteksi tsunami sehingga bisa lebih murah," kata Iyan.
Jepang menggunakan sistem kabel yang jumlahnya banyak dan mahal. Iyan berujar, buoy menghabiskan dana miliaran kalau CBT triliunan. "Persisnya berapa tergantung panjangnya, tapi perawatan buoy lebih mahal dibandingkan CBT," lanjutnya.
Baca juga: Ini Hoax Terkait Tsunami Palu: Jumlah Korban hingga Foto FPI
Simak artikel menarik seputar pendeteksi tsunami hanya di kanal Tekno Tempo.co.
Baca Lagi kalo ga lengkap berita nya https://tekno.tempo.co/read/1133278/bppt-kembangkan-pendeteksi-tsunami-lebih-canggih-dari-buoy
No comments:
Post a Comment